Imroatus Solikha

Imroatus: Berfikir Terbuka dan Beranilah Mencoba Hal Hal Baru

Mothercare Desa Sidomekar Kecamatan Semboro Kabupaten Jember, Imroatus Solikha memiliki cerita hidup yang menarik. Ia memiliki keteguhan dan kemauan yang kuat juga tidak takut untuk melakukan hal hal baru. Baginya hal itu justru menjadi khasanah memperkaya pikiran dan kemampuannya. Iim, begitu ia disapa pernah bekerja di apotek, di sawah, juga bekerja sebagai petugas sensus BPS. Ia beradaptasi dengan baik dan cepat baik pekerjaan di dalam ruangan maupun luar ruangan. Hal itulah yang membawa Desa Sidomekar memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi mothercare Desa Sidomekar dalam program Jalin Matra.

Iim adalah anak pertama dari tiga bersaudara, keluarga mereka asli Sidomekar lahir tumbuh dan berkembang di desa ini. Ia memiliki seorang putri, awalnya pernikahannya terjadi karena proses perjodohan. Saat itu ia bekerja di sebuah apotek di Banyuwangi, masih berjalan enam bulan  ia diminta pulang oleh ayahnya karena akan dijodohkan. Bapak Rofiq, nama ayahnya memiliki calon suami untuk dirinya. Ia jelas tidak mau dan menolak karena masih ingin bekerja juga karena tidak mengenal calon suaminya. Apalagi saat itu usianya masih 19 tahun. Tetapi ayahnya adalah seorang yang sangat taat beragama, ia kemudian berfikir tidak mungkin ayahnya menjodohkannya dengan orang yang tidak baik. Iim sangat mengenal karakter ayahnya, akhirnya ia bersedia untuk pulang dan bertemu dengan laki laki tersebut. Ia akhirnya menerima perjodohan tersebut.

Dan pernikahannya telah berlangsung selama 13 tahun, ia merasa pilihan ayahnya tidak salah. Mustofa suaminya adalah orang yang berwawasan luas, bijaksana dan memberi kebebasan kepadanya untuk mengembangkan diri. Baginya Mustofa adalah orang yang multitalented, bisa bekerja apapun karena beragam pekerjaan yang pernah suaminya geluti. Tapi pekerjaan yang terasa paling cocok dengan suaminya adalah bertani. Ia ikut mambantu suaminya saat sedang ada pekerjaan di sawah mulai dari menananam padi, merawat jeruk juga tebu. “Kalo di tebu ini menarik, ada pekerjaan yang namanya klentek yaitu membersihkan daun tebu yang sudah tua. Biasanya kan tebu itu sudah tinggi, saya sering ketemu ular. Ngelilit di batang tebunya, awalnya takut tapi lama lama terbiasa, pokok jangan diganggu gak akan gigit,” ujar Iim.

Bila tidak ada pekerjaan di sawah, di sela sela waktu Iim menyempatkan waktu untuk mengikuti les jahit. Dari les jahit ini ia juga diminta oleh instrukturnya untuk ikut membantunya menjahit baju pesanan. Mulai dari hem, gamis sampai tas-tas sovenir. Dari yang awalnya hanya belajar menjahit ia malah mendapat tambahan pendapatan. Karena banyaknya kegiatan yang ia lakukan tidak ada waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga. Karena itu ia memutuskan untuk ikut pengajian mingguan di lingkungannya. Dari sinilah ia mengenal salah satu perangkat desa Sidomekar, saat ada kabar tentang dibutuhkannya petugas sensus dari BPS, ia datawari mengikuti tes. Suaminya mengijinkan dan Iim diterima sebagai petugas sensus. Dari pekerjaan ini, ia terbiasa bekerja dengan data, mengumpulkan bermacam-macam data, bertemu dengan berbagai macam karakter orang. Ketika Desa Sidomekar mendapat program Jalin Matra, pemerintah desa menunjuk lulusan SMKN 6 Jember ini untuk menjadi mothercare program ini karena sudah mengetahui kemampuannya.

Menurutnya program Jalin Matra ini sangat bagus. Calon penerima bantuan benar benar disaring agar tepat sasaran, aspirasi mereka juga diserap karena mereka dibebaskan untuk membuka jenis usaha sesuai kemampuannya.

Iim menuturkan dari perjalanan hidup yang ia jalani, ia berkesimpulan hidup itu yang terpenting bersyukur. Jalani dengan ikhlas dan sabar semua warna kehidupan yang kita jalani. Berfikir terbuka dan berani untuk mencoba hal hal baru. “Tapi jangan lupa karena kita perempuan harus mendapat izin suami, karena kalo suami mengizinkan insya Allah hal hal yang kita jalani itu lancar,” ujar Iim.

Penulis : M Ridwan Anshori (Pendamping Kabupaten Jember)

Tinggalkan sebuah Komentar