Eka Erny Kurnia Sari

PENGORBANAN UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN TERBAIK

Mengorbankan sesuatu untuk membuat pilihan terbaik, pernah dilakukan EKA ERNY KURNIA SARI pada tahun 2016 yang lalu. Menjadi seorang ibu membuatnya lebih mementingkan anak-anaknya. Apalagi dengan statusnya sebagai seorang istri tentara yang harus berpindah tempat tugas, membuatnya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ibunya karena lebih ingin merawat orang tuanya yang tak lagi muda.

Awal mulanya ibu 32 tahun ini bekerja di sebuah bank swasta di Madiun. Suatu saat anak tertuanya jatuh dari sepeda yang menyebabkan tanganya patah dan membutuhkan fisioterapi setiap 2 kali seminggu, membuatnya harus dihadapkan dalam situasi yang sulit. Tetap bekerja atau lebih banyak mencurahkan waktu dan tenaganya mendampingi anaknya. Tidak mudah mendapatkan ijin dari tempatnya bekerja ketika harus merawat anaknya, sehingga membuatnya mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Apalagi waktu itu santer terdengar bahwa tempat bekerjanya akan melakukan efisiensi karena akan diakusisi oleh pihak pemerintah.

Keputusan besar yang diambilnya memang sangat disayangkan oleh orang tuanya, tapi karena pilihan tersebut lebih bermanfaat untuk keluarga, membuat orang tuanya mendukungnya. Namun ketika anaknya telah sembuh, ibu dua anak ini menyadari kekosongan dalam jiwanya. Banyak waktu menganggur ketika anak-anak sekolah, sedangkan suami bertugas di Situbondo. Akhirnya untuk mengisi waktu, beliau mencoba keberuntungan untuk membeli sebuah dumptruk. Dumptruk ini digunakan untuk usahanya mengirim material alam bagi yang membutuhkan.

Seiring waktu, ketika ditunjuk menjadi pendamping desa, lebih membuka pandangan terhadap lingkungan di desanya. Sebelumnya tak pernah terbersit masih banyak orang-orang di desanya yang sangat masih memprihatinkan. “Terus terang menjadi pendamping desa benar-benar pengalaman baru buat saya Mbak, berbaur dengan masyarakat, yang sebelumnya bisa dibilang saya kurang bersosialisasi dengan masyarakat, menjadi tantangan sendri buat saya. Pertama kali ditawari menjadi pendamping desa sempat ragu juga, bisa apa nggak yaa… Tapi setelah berjalannya waktu, melihat kondisi di sekitar yang kurang mampu, saya menjadi bertekad sebisa mungkin ingin membantu mereka,” kata beliau saat kami tanya kesan menjadi pendamping.

Banyaknya sasaran yang berusia lanjut dan pada umumnya mereka tidak ada motivasi atau keinginan untuk memperbaiki hidup mereka, yang pnting bagi mereka kebutuhan dasar terpenuhi sudah cukup. Sebetulnya mereka bukan tidak punya sama sekali, hanya saja mereka tidak dapat memanfaatkan apa yang mereka miliki dengan baik.

Misal, Mbah Asiyah, di samping kanan kiri rumah masih luas, tapi tidak ditanami apapun.entah tanaman rimpang-rimpangan, sayur-sayuran, ataupun buah-buahan, minimal untuk kebutuhan sehari-hari tidak usah beli, syukur-syukur bisa dijual ditukar dengan kebutuhan yang lain. Dan kebanyakan seperti itulah di Desa Galak. Apalagi dengan tingkat pendidikan yang rendah dan ketrampilan yang mereka punya juga tidak ada, membuat semakin miris.

Itulah kenapa, ibu yang selalu cantik dalam kesehariannya ini, berkeinginan untuk lebih aktif di kegiatan kemasyarakatan di desanya dengan dimulai di wadah PKK. Tidak sekedar bantuan usaha yang dikhususkan bagi para janda, tapi lebih kepada keluarga yang betul-betul masih produktif dan masih punya semangat yang tinggi untuk berproduksi dan menghasilkan, dimulai dari pemberian keterampilan, dilanjutkan dengan pinjaman modal usaha dan strategi untuk memasarkan produk, serta yang tidak kalah pentingnya adalah pendampingan dan pembinaan yang berkelanjutan. Bila berhasil Insya Allah akan sangat meningkatkan kesejahteraan bagi para orang-orang yang belum beruntung ini.

Tinggalkan sebuah Komentar